Jumat, 31 Januari 2014

Sang Pemimpi



     Di Kampung Melayu, Pulau Belitong, hiduplah tiga orang anak. Mereka bernama Ikal, Arai dan Jimbron. Arai adalah seorang yatim piatu. Ia ditinggal mati ayahnya saat masih SMP. Setelah tamat SMP, Ikal dan Arai melanjutkan sekolah menuju jenjang SMA. Karena didesa mereka tidak ada SMA, maka mereka melanjutkan sekolah di SMA Bukan Main yang terletak di Belitong.  Mereka harus menempuh perjalanan cukup jauh sekitar 30 Km untuk sampai kesana. Karena jauhnya jarak yang ditempuh, maka mereka memutuskan untuk mengontrak sebuah los yang letakknya cukup dekat dengan sekolah. Mereka mendaftar sekolah sendiri. Saat hari pertama masuk, mereka bertemu anak yang bernama Jimbron. Darisitulah awal persahabatan mereka. Suatu sore, mereka bersama guru satra dan teman-temanya, berkumpul dilapangan. Disana guru mereka, Pak Balia, mengajarkan cara membuat kalimat yang indah. Salah satu kalimat yang tercamkan dipikiran Ikal, Arai, Jimbron yakni “Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu diatas almamater suci tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Disanalah orang belajar science,sastra dan seni hingga merubah peradaban…”. Pada saat itulah mereka mengkristalisasikan harapan agung mereka, yakni bersekolah ke Prancis! mereka ingin menginjakkan kaki mereka di Almamater suci : Sorbonne. Harapan itu selanjutnya menghantui mereka setiap hari. Begitu tinggi cita-cita mereka.
Suatu malam, Ikal dan kawan-kawannya berkumpul diteras los mereka. Didepan los mereka terdapat sebuah bioskop yang sudah tua. Namun mereka belum pernah sama sekali masuk kedalam bioskop tersebut. Mereka juga takut untuk masuk kedalam bioskop, karena masuk kedalam  bioskop merupakan larangan dari sekolah. Apabila pihak sekolah mendapati salah satu siswa masuk kesana, mereka pasti dihukum. Dan orang yang menghukum itu tidak lain adalah Pak Mustar,pendiri sekolah tersebut yang terkenal kejam. Ciri khas cara beliau menghukum yaitu dengan mempermalukan seorang yang melanggar aturannya didepan umum. Suatu hari, petugas bioskop memasang sebuah poster yang menggambarkan tentang film yang akan diputar. Di poster itu tergambar seorang wanita dengan memakai busana yang minim bersama anjing pudelnya. Melihat gambar itu mereka langsung menutup wajah mereka dan masuk kedalam los. Mereka takut, dengan melihat gambar itu bisa menghancurkan akhlaq mereka. tetapi dalam hati mereka,tetap timbul keinginan untuk masuk kedalam bioskop tersebut. Namun untuk masuk kedalam sana, diperlukan sebuah cara agar pihak sekolah tidak mengetahuinya, Karena mereka tahu bahwa aturan bioskop tersebut yakni anak sekolah dilarang masuk. Saat melakukan cara yang pertama mereka mengalami kegagalan. Setelah itu mereka kembali ke los. Mereka berfikir keras agar bisa masuk kesana. Saat itu Jimbron berada diluar. Ia melihat sekelompok perempuan berkerudung masuk kesana. Dari penglihatannya itu, ia memiliki sebuah ide, yakni masuk kedalam bioskop menggunakan kerudung. Ia pun langsung mengatakan kepada Ikal dan Arai. Dan usulannya pun diterima. Mereka memakai cara tersebut lalu masuk kesana dan upaya tersebut berhasil. Akhirnya mereka bisa masuk didalam bioskop untuk pertama kalinya. Tiba-tiba lampu bioskop dimatikan. Tak lama kemudian film pun diputar. Suasana riuh menyelimuti bioskop tersebut. Namun saat adegan puncak, tiba-tiba film dihentikan dan lampu dinyalakan. Mereka bertiga pun kaget, dan ternyata disana sudah ada Pak Mustar yang sedang berpatroli. Mereka akhirnya tertangkap basah dan seperti biasa, beliau menghukum mereka dengan ciri khasnya. Setelah dihukum mereka langsung disuruh pulang. Tidak hanya sampai disitu hukaman bagi mereka. Masih ada hukuman lain dari Pak Mustar,namun diberikannya saat masuk sekolah nanti. Perasaan tidak nyaman menyelimuti tidur mereka. Ternyata benar apa yang mereka duga. Mereka dihukum di sekolah. Atas perbuatannya itu, Pak Mustar mengumpulkan seluruh murid dan menghukum mereka bertiga. Mereka disuruh mempraktikkan ulang adegan yang ada di film tersebut. Suasana riuh menyelimuti hukuman mereka. Banyak siswa yang terpingkal-pingkal melihat adegan mereka.
Saat penerimaan rapot, hati Ikal dan Arai gelisah tak karuan. Mereka takut membuat kecewa sang ayah, karena peringkat mereka merosot. Tak lama, Ayah Ikal pun datang dengan baju safarinya. Seperti biasa beliau mengucapkan salam kepada mereka. Lalu langsung masuk kedalam aula. Setelah selesai acara, beliau langsung menepuk punggung mereka berdua dengan halus dan setelah itu pulang.
Ayah Ikal memang terkenal pendiam. Ikal pun sadar atas kesalahannya dan langsung mengejar ayahnya. Ikal pun akhirnya berhasil menyusul ayahnya diatas Jembatan Lenggang. Saat dia berlari disamping sepeda ayahnya, sang ayah pun terkejut dan tersenyum. Sebuah senyum lembut yang menyatakan sebuah kebanggaan.
Tak terasa tiga tahun terlewati. Mereka bertiga pergi merantau ke Pulau Jawa. Berbekal ijazah SMA mereka mencoba mencari pekerjaan. Setelah lama mencari, akhirnya Ikal mendapat pekerjaan di sebuah Kantor Pos yang ada di Jakarta  dan Arai di Kalimantan. Setelah sekian lama tak bertemu, akhirnya mereka bertemu juga. Setelah itu Ikal mengundurkan diri dari Kantor Pos. Lalu mereka pulang kampung untuk yang pertama kalinya. Mereka disambut hangat oleh keluarga disana.                     
Berbulan-bulan Ikal dan Arai menanti kepastian penguji beasiswa. Saat-saat yang ditunggu datang. Mereka  bersama-sama membuka surat itu. Dan Mereka pun terbelalak melihat tulisan Universitas yang menerima mereka. Berulang-ulang, orang tua Ikal mengucapkan “Alhamdulillah”. Arai pun demikian. Ia sangat bangga atas hasil yang diraihnya. Tapi hal ini kurang lengkap baginya, karena tidak adanya orang tua. Ia telah sebatang kara. Namun demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi mereka, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati mereka, karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerima mereka, disana jelas tertulis : Université de Paris, Sorbonne, Prancis.
download Ebooknya disini

0 komentar:

Posting Komentar

 
;